Perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan budaya dan perilaku masyarakat, antara lain :
1. Kemudahan berkomunikasi
Dengan adanya fasilitias internet dan 3G, maka manusia dapat dengan mudah berkomunikasi satu sama lain tanpa adanya batas spasial maupun waktu. Bahkan, kita juga dapat bertatap muka walaupun berada ditempat yang berbeda ( menggunakan web cam pada PC).
2. Percepatan dalam pencampuran budaya
Arus teknologi dan informasi yang cepat juga menunjang masuknya budaya – budaya asing dengan mudah, sehingga terjadi percepatan dalam pencampuran budaya asing dan local yang berbeda ( ada penyesuaian / fleksibel).
3. Perubahan gaya hidup
Dengan teknologi yang terus berkembang, sangar berpengaruh besar bagi perubahan gaya hidup masyarakat khususnya di perkotaan. Masyarakat menggunakan internet untuk mengetahui berita atau berbagai peristiwa di Negara lain. Seiring dengan perjalanannya, teknologi mengendalikan kehidupan manusia saat ini, misalnya sebagian besar remaja telah memiliki HP dan computer pribadi, sehingga mendukung mereka dalam memperoleh informasi secara global ( internet ). Jika kita melihat ke beberapa puluh tahun silam, maka akan ditemukan bahwa perbedaan masyarakat saat ini dengan dahulu sangatlah berbeda, contohnya jaman dulu jika ingin berkomunikasi jarak jauh maka akan digunakan surat ( memerlukan waktu lama ) tetapi saat ini kebanyakan dari kita menggunakan HP via sms / telepon dan via internet ( chatting ).
4. Pencabutan budaya asli
Ketika masyarakat suatu Negara mulai mengimport barang – barang luar negeri yang berteknologi tinggi maka masyarakat Negara tersebut benar-benar bergantung pada teknologi dan menerima semua perubahan tersebut dengan kepercayaan mutlak. Akibatnya, teknologi tersebut mencabut mereka dari akar budaya yang telah ada sebelumnya( consumer technologies ). Ketergantungan itu membuat masyarakat sangat bergantung pada teknologi dan menerima apa saja yang ditawarkan oleh teknologi tersebut.
5. Informasi dunia fashion
Perkembangan dunia fashion juga dapat diikuti dengan mudah oleh setiap orang karena adanya percepatan arus informasi dan teknologi, sehingga kita dapat mengetahui trend apa yang sedang “in” atau up to date saat ini. Informasi itu akan mempengaruhi cara berpakaian dan belanja masyarakat ( cenderung homogen / style yang sama ).
6. Konsumtif yang tinggi
Berbagai kemudahan diperoleh dengan teknologi yang tinggi, salah satunya adalah dapat belanja dengan mudah dan cepat tanpa kita bepergian, misalnya melalui internet (on-line shopping). Selain itu, barang – barang tersebut dianggap sebagai “ simbol kelas ” sehingga setiap orang mementingkan produk – paroduk yang mereka konsumsi.
7. Perubahan nilai – nilai yang dianut ( budaya lokal yang terkikis)
Masyarakat muda sering terpengaruh dengan apa yang mereka tonton dan terima melalui TV, radio, internet, dsb. Dengan banyaknya ajaran atau nilai yang masuk, hal ini berdampak pada perubahan karakter seseorang, misalnya nilai – nilai barat yang menganggap pergaulan bebas ( free sex ) dan kumpul kebo itu hal yang biasa, sehingga mempengaruhi orang yang menerima nilai tersebut.
Dalam hal ini, kita juga dapat mengambil contoh semisal model restoran siap saji Amerika masuk dalam golongan junk-food yang dikonsumsi oleh kelas pekerja atau pelajar, di Indonesia hadir sebagai tempat yang elit dan eksklusif. Dengan pen
gikisan budaya lokal oleh desakan global ini kemudian nilai kebudayaan yang sering diasumsi sebagai tata nilai sosial asli (tradisional) sering dianggap ancaman serius.
8. Adanya kemudahan teknologi ( kemalasan yang tinggi )
Pengaruh dari ketergantungan teknologi mempengaruhi kebiasaan manusia, salah satunya adalah tingkat kemalasan yang bertambah. Dengan adanya bantuan teknologi yang memudahkan masyarakat membuat kita menjadi malas dan hanya mengandalkan teknologi ( tidak berusaha ).
http://yutiariani.blogspot.com/2005/01/teknologi-sebagai-produk-budaya.html
http://faizmanshur.wordpress.com/2003/04/01/47/
Global Village
Global village adalah suatu istilah dicetuskan oleh Wyndham Lewis di dalam bukunya America and Cosmic Man (1948). Herbert Marshall McLuhan juga menuliskan istilah ini dalam bukunya "The Gutenberg Galaxy: The Making of Typographic Man" ( 1062). Dalam bukunya mendeskripsikan bagaimana media massa elektronik menggagalkan halangan-halangan tempat dan waktu dalam komunikasi manusia, sehingga memampukan orang-orang untuk berinteraksi dan tinggal dalam skala global. Dalam pengertian ini, dunia yang besar telah berubah menjadi sebuah "desa" oleh media masa elektronik. Desa disini artinya dunia yang besar mampu dijangkau oleh banyak orang sehingga tidak ada lagi jarak dan waktu yang memisahkan. Dalam global village, pertukaran informasi diantara pihak–pihak yang terkait dapat dilakukan dengan leluasa dan dalam waktu singkat meskipun jarak yang terbentang sangat jauh. Misalnya kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia dapat diketahui juga oleh masyarakat luar negri yang jauh seperti masyarakat Amerika melalui media–media komunikasi.
Global Village memungkinkan terjadinya pertukaran budaya secara instan diantara negara–negara di dunia. Contohnya jika generasi muda di Indonesia membaca berita mengenai trend harajuku yang sedang marak di Jepang, mereka dengan mudah bisa mengadaptasikan budaya tersebut. Bukti lainnya, khalayak media massa di Indonesia lebih dahulu mengetahui terjadinya tsunami di Thailand dan Sri Lanka, daripada bencana yang serupa dengan skala yang jauh lebih menakutkan di Aceh dan Sumatera Utara. Padahal Thailand jaraknya berlipat kali dengan jarak Jakarta ke Aceh. Namun ternyata media massa kita, terutama televisi, tidak begitu tanggap ketika bencana tsunami menerjang Aceh dan Sumatra Utara.
Sekarang ini Global Village banyak digunakan sebagai perumpamaan untuk mendeskripsikan internet dan dunia website. Internet meng-globalkan komunikasi dengan mengijinkan para penggunanya dari seluruh dunia untuk berhubungan dengan yang lain. Teknologi yang digunakan adalah dengan sambungan web komputer, dimana semua orang bisa bergabung dalam satu website yang sama. Realitas baru ini mengimplikasikan suatu struktur sosial baru dalam budaya dimana orang-orang dapat berhubungan satu sama lain tanpa harus dibatasi oleh jarak dan waktu.
Teknologi lainnya yang digunakan dalam Global Village adalah televisi. Kini televisi telah menjadi media elektronik yang wajar dimiliki orang dan berdampak besar bagi masyarakat. Media lainnya adalah radio, 3G, telepon seluler, dan webcam.
http://komunikasimassa-umy.blogspot.com/2005/06/berkenalan-dengan-komunikasi-massa.html http://en.wikipedia.org/wiki/Global_village_(Internet)
Hubungan antara Perkembangan Teknologi dengan Jurnalistik
Teknologi dalam jurnalisme
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.
Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun.
Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Semua pengusaha dan kantor berita harus memiliki media internet agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Dengan memiliki media internet, setiap media dapat mengupdate beritanya dalam hitungan menit.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang sering disebut weblog, yang kini popular dengan nama blog.
Dalam penggunaan teknologi, Indonesia mungkin agak terlambat dibanding dengan media massa dari negara maju seperti AS, Prancis, dan Inggris. Tetapi untuk saat ini penggunaan teknologi di Indonesia --terutama untuk media televisi-- sudah sangat maju. Lihat saja bagaimana Metro TV melakukan laporan live dari Banda Aceh, selang sehari setelah tsunami melanda wilayah itu. Padahal saat itu aliran listrik dan telepon belum tersambung.
Media internet sendiri, sebagai suatu media baru (new media), pada gilirannya juga telah menghadirkan sekian macam bentuk jurnalisme yang sebelumnya tidak kita kenal. Salah satunya adalah yang kita sebut sebagai “jurnalisme warga” (citizen journalism).
Dengan biaya relatif murah, kini setiap pengguna Internet pada dasarnya bisa menciptakan media tersendiri. Mereka dapat melakukan semua fungsi jurnalistik sendiri, mulai dari merencanakan liputan, meliput, menuliskan hasil liputan, mengedit tulisan, memuatnya dan menyebarkannya di berbagai situs Internet atau di weblog yang tersedia gratis.
Dengan demikian, praktis sebenarnya semua orang yang memiliki akses terhadap Internet sebenarnya bisa menjadi “jurnalis dadakan,” meski tentu saja kualitas jurnalistik mereka masih bisa kita perdebatkan. Yang jelas, orang tidak dituntut harus lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi atau sekolah jurnalistik, untuk menjadi “jurnalis dadakan” di dunia maya.
Suka atau tidak, tren munculnya “jurnalisme warga” dan “jurnalis dadakan” semacam ini tampaknya makin kuat. Seperti kejadian Tsunami di Aceh pada Desember 2005 lalu, justru muncul dan diketahui publik lewat blog pribadi di internet.
Dengan demikian, kehadiran “jurnalisme warga” ini juga telah menjadi tantangan bagi jenis “jurnalisme mapan,” yang diterapkan di media-media konvensional, seperti: suratkabar, majalah, radio, dan televisi.
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2007/03/perkembangan-industri-media-dan.html
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/07/lapsus01.htm
Hubungan teknologi dengan Public Relation
Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat, sehingga mampu memberi kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan manusia apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Begitu juga dengan profesi Public relation yang terkadang melakukan komunikasi jarak jauh.
Salah satu teknologi informasi yang menunjang Profesi ini adalah penggunaan Mailing List. Teknologi ini sebagai sarana diskusi secara elektronik yang berbasis elektronik mail. Aplikasi mailing list dibentuk jauh sebelum Web menjadi populer & memenuhi traffic Internet seperti saat ini. “Akan tetapi mailing list merupakan sarana yang sangat ampuh - bahkan lebih ampuh dari pada Web yang sifatnya lebih pasif”, kata Onno W.Purbo(Computer Network Research Group ITB).
Pengguna cukup mengirimkan E-mail ke satu alamat E-mail untuk kemudian di sebarkan ke semua member mailing list yang tergabung / berlangganan ke alamat E-mail tersebut. Mailing list beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun.
Selain itu, untuk melakukan conference jarak jauh, public relation juga bisa menggunakan Video Conference. Teknologi ini adalah layanan untuk melakukan panggilan video secara bersamaan dalam satu waktu. Video conference sangat membantu pekerjaan PR dalam membangun dan mempertahankan hubungan dengan media-media.
www.geocities.com
Hubungan teknologi dengan Integrated Marketing Communication
Banyak yang bilang Advertising dimulai pada abad ke 20, tapi beberapa bentuk dari advertising telah muncul dari abad-abad sebelumnya. IMC adalah Integrated Marketing Communication yang mana secara garis besar adalah untuk memarketan sebuah produk, barang/jasa. Untuk memarketkan barang/jasa diperlukan teknologi yang menunjang dalam kegiatan ini, yang mena teknologi merupakan media sarana promosi agar barang/jasa dapat dikenal oleh khalayak.
Sejarah advertising :
- 1455 : Introduction of the printing press in Europ
- 1625 : iklan Koran pertama kali di USA
- 1849 : Munculnya advertising agency, Palmer menyediakan tempat untuk iklan, tidak hanya menyediakan tapi mereka juga membuatkan iklan.
- 1865 : George Prowell (penemu advertising agency) membuat kontrak dengan surat kabar setempat untuk menyediakan beberapa tempat dan menyewakan ke klien.
- 1926 : Jaringan radio pertama kali
- 1948 : Jaringan TV pertama kali, Hardsell dan Softsell (era of creativity)
- 1990 : Era of IMC
Disini alat untuk mengiklankan tidak hanya di TV, Radio, Billboard melainkan di Trailler.
- 1994 : Internet banner advertising
Iklan-iklan sekarang sudah berdampingan dengan teknologi media massa, salah satunya adalah iklan di internet.
Kesimpulan : Billboard, TV, Radio, Majalah, Koran adalah 5 sarana terbesar yang digunakan, namun sekarang tidak lagi, karena banyak pilihan melalui internet Popup advertising, movie trailers di DVD Internet banner online advertising dan sekarang sudah ada orang yang meminjamkan tubuhnya untuk mengiklankan. IMC dan teknologi tidak dapat dipisahkan mereka berjalan beriring-iringan.
Media NOW, page 331-345
Rabu, 05 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar